Wednesday, February 29, 2012

Jalan Cinta Para Pejuang


Oleh Khoerul Arif

Jika kita menghijrahkan cinta; dari kata benda menjadi kata kerja maka tersusunlah sebuah kalimat peradaban dalam paragraph sejarah. Jika kita menghijrahkan cinta; dari jatuh cinta menuju bangun cinta maka cinta menjadi sebuah istana, tinggi menggapai surga. (salim a Fillah)
     Cinta suatu kata yang tak aus dimakan zaman. Tema ini selalu menjadi diskursus di berbagai belahan dunia dan dalam berbagai tingkatan usia. Ketika berbicara mengenai cinta, orang akan terbagi menjadi dua yaitu mereka yang bosan dengan cerita cinta semu yakni cinta yang hanya menonjolkan aspek biologis semata. Perbincangan ini akan cepat berhenti dan akan terus diulang karena dalam hal ini cinta mengalami penyempitan makna. Berbeda ketika orang membicarakan cinta sejati yakni cinta yang membangun, menginspirasi, sehingga menggairahkan orang untuk terus berbuat kebaikan dan meraih prestasi. Cinta yang komprehensif inilah yang dicoba dibahas ulang oleh penulis muda Salim A Fillah.
     
Salah satu cerita cinta yang disuguhkan beliau dalam buku jalan cinta para pejuang ini adalah kisah cinta klasik terkenal sepanjang zaman yaitu kisah laila majnun. Dengan cinta semu yang ada dalam dirinya si laila menjelma menjadi seorang yang majnun (gila). Dalam kehidupan sekarang ini kita mendapati hal yang tak jauh beda dengan kisah cinta tersebut dengan berbagai macam bentuknya. Orang rela menenggak racun karena cintanya tertolak atau cinta yang tak dapat restu menjadikan orang putus harapan.
       Banyak sekali sebenarnya kisah cinta yang disuguhkan beliau dalam buku ini. Beliau kemas kisah-kisah tersebut dalam kisah singkat. Hal ini membuat pemabaca tidak “lelah” dalam menemukan inti cerita dalam setiap kisah yang disampaikan beliau. Berbeda kalau beliau menyuguhkan dengan cara menovelkan kisah-kisah tersebut membuat kita harus lama berputar-putar mengikuti alur ceritanya.
Kepiawaian beliau dalam meracik setip kata dalam buku ini betul terbukti. Banyak kalimat beliau yang menginspirasi kita bahkan dengan bahasa kasarnya memprovokasi emosi kita. “Tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum Di jalan cinta para pejuang”. Adalah salah satu contoh kalimat provokatif beliau.
    Kisah ini banyak mengambil sirah (cerita) dari nabi Muhammad dan para sahabat-orang yang sezaman dan hidup bersama nabi Muhammad-. Seperti kisah sang Hanzalah yang lebih mengutamakan pergi berperang di jalan Allah daripada bersenang-senang di malam pertamanya bersama sang isteri tercinta. Ada juga kisah-kisah dari para khulafauurasyidin, para syuhada dan cerita inspiratif lainnya Jadi dari membaca buku ini kita bisa sambil belajar tarikh (sejarah) islam dengan gaya bahasa yang apik tidak monoton seperti buku sejarah yang sudah biasa kita kenal.
Banyak istilah dan pengertian yang dihadirkan dalam buku ini. Di satu sisi ini menunjukkan keluasan wawasan sang penulis akan tetapi di sisi lain hal ini membuat pembaca kurang berkenan karena di tengah-tengah asyiknya pembaca mengikuti alur cerita harus terpotong dengan beberapa istilah dan pengertian yang seharusnya tidak usah ditampilkan. Memang memberikan informasi kepada pembaca itu penting namun lebih penting lagi menjaga konsisitensi pembaca untuk bisa menelaah ide-ide penulis sampai selesai.
      Apapun kelebihan dan kekurangan buku ini anda akan menyesal jika tidak memilikinya. Apalagi dengan harga yang terjangkau,di pasaran di jual kurang lebih Rp 55.000. Belum lagi kalau dapat diskon. Ukuran buku yang tidak terlalu lebar dan tebal membuat buku ini nyaman untuk menemani perjalanan anda di bus kota.


RESENSI
Judul : Jalan Cinta Para Pejuang,
Penulis : Salim A Fillah
Penerbit : Pro-U Media
Halaman : 340 hlm
Harga : Rp 55.000
Ukuran : 19 cm x 13,5 cm

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2011. Blog Resensi Buku - All Rights Reserved
Home | About | Contact Us
Proudly powered by Blogger