Oleh Khoerul Arif
Jika kita menghijrahkan cinta; dari kata benda menjadi kata
kerja maka tersusunlah sebuah kalimat peradaban dalam paragraph sejarah. Jika
kita menghijrahkan cinta; dari jatuh cinta menuju bangun cinta maka cinta
menjadi sebuah istana, tinggi menggapai surga. (salim a Fillah)
Cinta suatu
kata yang tak aus dimakan zaman. Tema ini selalu menjadi diskursus di berbagai
belahan dunia dan dalam berbagai tingkatan usia. Ketika berbicara mengenai
cinta, orang akan terbagi menjadi dua yaitu mereka yang bosan dengan cerita
cinta semu yakni cinta yang hanya menonjolkan aspek biologis semata.
Perbincangan ini akan cepat berhenti dan akan terus diulang karena dalam hal
ini cinta mengalami penyempitan makna. Berbeda ketika orang membicarakan cinta sejati
yakni cinta yang membangun, menginspirasi, sehingga menggairahkan orang untuk
terus berbuat kebaikan dan meraih prestasi. Cinta yang komprehensif inilah yang
dicoba dibahas ulang oleh penulis muda Salim A Fillah.
Salah satu cerita cinta yang disuguhkan beliau dalam buku jalan cinta para pejuang ini adalah kisah cinta klasik terkenal sepanjang zaman yaitu kisah laila majnun. Dengan cinta semu yang ada dalam dirinya si laila menjelma menjadi seorang yang majnun (gila). Dalam kehidupan sekarang ini kita mendapati hal yang tak jauh beda dengan kisah cinta tersebut dengan berbagai macam bentuknya. Orang rela menenggak racun karena cintanya tertolak atau cinta yang tak dapat restu menjadikan orang putus harapan.
Banyak
sekali sebenarnya kisah cinta yang disuguhkan beliau dalam buku ini. Beliau
kemas kisah-kisah tersebut dalam kisah singkat. Hal ini membuat pemabaca tidak
“lelah” dalam menemukan inti cerita dalam setiap kisah yang disampaikan beliau.
Berbeda kalau beliau menyuguhkan dengan cara menovelkan kisah-kisah tersebut
membuat kita harus lama berputar-putar mengikuti alur ceritanya.
Kepiawaian
beliau dalam meracik setip kata dalam buku ini betul terbukti. Banyak kalimat
beliau yang menginspirasi kita bahkan dengan bahasa kasarnya memprovokasi emosi
kita. “Tetapi yakinlah, bidadarimu akan
tetap tersenyum Di jalan cinta para pejuang”. Adalah salah satu contoh
kalimat provokatif beliau.
Kisah ini
banyak mengambil sirah (cerita) dari
nabi Muhammad dan para sahabat-orang yang sezaman dan hidup bersama nabi Muhammad-.
Seperti kisah sang Hanzalah yang lebih mengutamakan pergi berperang di jalan
Allah daripada bersenang-senang di malam pertamanya bersama sang isteri
tercinta. Ada juga kisah-kisah dari para khulafauurasyidin, para syuhada dan
cerita inspiratif lainnya Jadi dari membaca buku ini kita bisa sambil belajar tarikh (sejarah) islam dengan gaya
bahasa yang apik tidak monoton seperti buku sejarah yang sudah biasa kita
kenal.
Banyak
istilah dan pengertian yang dihadirkan dalam buku ini. Di satu sisi ini menunjukkan
keluasan wawasan sang penulis akan tetapi di sisi lain hal ini membuat pembaca
kurang berkenan karena di tengah-tengah asyiknya pembaca mengikuti alur cerita
harus terpotong dengan beberapa istilah dan pengertian yang seharusnya tidak
usah ditampilkan. Memang memberikan informasi kepada pembaca itu penting namun
lebih penting lagi menjaga konsisitensi pembaca untuk bisa menelaah ide-ide
penulis sampai selesai.
Apapun
kelebihan dan kekurangan buku ini anda akan menyesal jika tidak memilikinya.
Apalagi dengan harga yang terjangkau,di pasaran di jual kurang lebih Rp 55.000.
Belum lagi kalau dapat diskon. Ukuran buku yang tidak terlalu lebar dan tebal
membuat buku ini nyaman untuk menemani perjalanan anda di bus kota.
RESENSI
|
Judul : Jalan Cinta Para Pejuang,
Penulis : Salim A Fillah
Penerbit : Pro-U Media
Halaman : 340 hlm
Harga : Rp 55.000
Ukuran : 19 cm x 13,5 cm
|
No comments:
Post a Comment